Kamis, 08 Desember 2011

Etika dalam Berwirausaha

Rasul merupakan seorang wirausahawan. Mulai usia 8 tahun sudah mulai menggembalakan kambing, usia 12 tahun berdagang sebagai kafilah ke negeri Syiria, dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah dengan mahar 20 ekor unta muda. Peristiwa pernikahan Rasulullah menunjukan dengan gamblang bahwa Rasul merupakan seorang wirausahawan yang sukses.
Jiwa wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil. Karena apabila tidak, maka potensi apa pun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip wirausahawan adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat. Tidak ada kegagalan dalam berusaha, yang gagal adalah yang tidak pernah mencoba berusaha.
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan serta takwa, dan janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.” (QS.Al-Ma’idah [5]: 2)
Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt suka kepada hamba yang berkarya dan terampil. Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah.” (HR.Imam Ahmad)
Kegagalan merupakan salah satu cara mendapatkan informasi menuju sukses. Keuntungan bukan hanya untung untuk diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah modal utama dalam berwirausaha, dengan menahan diri untuk tidak menikmati kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli bukan hanya transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan amal sholeh yaitu dengan niat dan cara yang benar.
Uang yang tidak memiliki berkah tidak dapat memberikan ketenangan jiwa, walau sebanyak apa pun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan dengan akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan tidak hanya mendapatkan barang, tapi juga melihat kemuliaan akhlak seorang penjual.

Selasa, 06 Desember 2011

Integritas Personal


Mengembangkan integritas memang bukan hal yang mudah, apalagi menyingkronkan integritas pribadi, professional, dan memperkokohnya di lingkungan yang begitu kompleks, penuh godaan dan kesulitan ini. Kita bisa rasakan sendiri, baik dalam situasi di komunitas, korporasi, dunia politik, maupun masalah kemanusiaan, kita akan tertantang untuk mencari keutuhan karakter yang lebih berharga dari diri kita sendiri.

Kamis, 01 Desember 2011

Kompetensi Wirausaha


Kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan menurut Dan & Bradstreet Business Credit Service (1993:1) adalah[1] : 

1.      Knowing Your Business, yaitu harus mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Seorang wirausaha harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukannya. Misalnya : seorang yang akan melakukan bisnis perhotelan maka ia harus memiliki pengetahuan tentang perhotelan. Untuk bisnis pemasaran komputer, ia harus memiliki pengetahuan mengenai komputer dan lain-lain.

2.      Knowing The Basic Business Management. Yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya bagaimana cara merancang usaha, mengorganisasikan dan mengendalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumber daya perusahaan secara efektif dan efisien.

3.      Having The Proper Attitude. Yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Ia harus bersikap sebagai pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang bersungguh-sungguh dan tidak setengah hati.

4.      Having Adequate Capital. Yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak saja dalam bentuk materi, tetapi juga rokhani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam berusaha. Oleh karena itu, harus cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.

5.      Managing Finances Effectivelly. Yaitu memiliki kemampuan mengatur atau mengelola keuangan secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannya secara tepat, serta mengendalikannya secara akurat.

6.      Managing Time Efficiently. Yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.

7.      Managing People. Yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan, menggerakkan (memotivasi) dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.

8.      Satisfying Customer by Providing High Quality Product. Yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.

9.      Knowing How to Competence. Yaitu mengetahui strategi/cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkapkan kekuatan (strengths), kelemahan (weaks), peluang (opportunity) dan ancaman (threat) dirinya dan pesaing. Ia harus menggunakan analisis SWOT baik terhadap dirinya maupun terhadap pesaing.

10.  Copying with Regulation and Paperwork. Yaitu membuat aturan atau pedoman yang jelas dan tertulis.


[1] Budi, Triton Prawira. 2007. Panduan Sikap dan Perilaku Entrepreneurship, Kiat Sukses Menjadi Pengusaha, Cetakan I. Yogyakarta : Tugu Publisher. Hlm.137.

Jumat, 25 November 2011

Wirausaha, Membangun Empati


Di antara hal yang tidak kalah pentingnya dalam menumbuhkan jiwa kewirausahaan adlah mengembangkan rasa empati atau kepedulian. Hal ini dikarenakan rasa empati yang tinggi akan membantu kita menghasilkan karya yang tidak hanya dapat dinikmati dan menguntungkan diri sendiri tetapi juga dapat dinikmati dan menguntungkan sesama.
Text Box: Operasi Bibir Sumbing RSPAD Gatot Subroto

Memperingati ulang tahun ke-61, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto mengadakan bakti sosial di beberapa daerah. Di Jakarta, selasa lalu, diadakan operasi gratis bibir sumbing dan langit-langit kepada masyarakat tidak mampu. Ada juga donor darah, santunan kepada anak yatim dan fakir miskin. “Ulang tahun bukan kemeriahan saja. Harus ada hasil-hasil yang bisa dirasakan masyarakat,” kata ketua panitia kegiatan, dr.Toto Iman. Setahun terakhir, hampir 400 orang mengikuti operasi gratis dari RSPAD Gatot Subroto.  

Sumber : KOMPAS, Sabtu, 9 Juli 2011
Prof. Philip Kotler, yang dijuluki Bapak Marketing Modern, memberikan nasihatnya kepada para pebisnis di Indonesia; “Think customers and you’ll be save”. ”Rengkuhlah para pelanggan Anda supaya bisnis Anda bisa tetap berlangsung baik”. Keunggulan bisnis seperti itu lebih menjamin kesuksesan dan pasti sulit dibajak pesaing manapun.
Text Box: Kotler Prakarsai Museum Marketing 3.0 di Ubud 

UBUD, KOMPAS – Pulau Dewata memiliki satu museum yang pertama di dunia, Museum Marketing 3.0 di kawasan wisata Ubud, Kabupaten Gianyar. Museum ini diprakarsai Philip Kotler, guru pemasaran dunia dan diinisiatori oleh Hermawan Kartajaya, pakar pemasaran Indonesia. 

 Museum ini memuat contoh pemasaran berbasis spirit kemanusiaan dari belasan perusahaan mendunia, seperti Walt Disney, The Body Shop, termasuk Puri Saren Ubud yang mampu mengelola Ubud sehingga menjadi tujuan wisata mendunia.       

 Kotler mengatakan, melalui Museum ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada masyarakat luas mengenai marketing yang baik. Bahkan, menurut dia, semua orang bisa menjadi pemasar yang andal. Angka 3.0 adalah perpaduan pemuasan terhadap konsumen, hubungan baik, dan spirit kemanusiaan.  

Sumber : KOMPAS, Sabtu, 28 Mei  2011

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan akan membantu kita menguasai seluruh kemampuan berwirausaha, mulai dari pola pikir, kemampuan, karakter, serta pengetahuan wirausaha itu sendiri. Oleh sebab itu, perlulah ditumbuhkan terus jiwa kewirausahaan yang kita miliki, dengan terus mengembangkan hal-hal yang telah diuraikan di atas. Pastikan di masa yang akan datang kita menjadi orang yang lebih baik, sukses dalam berwirausaha, hidup lebih kaya dan bahagia, dan sekaligus berempati tinggi.

Kamis, 24 November 2011


MENUMBUHKAN JIWA ENTREPRENEUR

Kalau kita amati secara seksama, setidaknya ada tiga anatomi entrepreneur yakni knowledge atau pengetahuan, passion atau keinginan, dan fire atau semangat. Tiga hal inilah yang harus terus di pupuk dan harus ada di diri seorang entrepreneur. Hal tersebut juga yang meyakinkan bahwa tidak ada unsur fisik secara langsung untuk menghantarkan seseorang di kantor untuk sukses menjadi seorang enterpreneur. Seorang enterpreneur juga harus tahan dengan godaan bernama keluh kesah dan harus siap mengevaluasi dan di evaluasi baik diri maupun kinerjanya.
Untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan entrepreneurship, seseorang perlu melakukan sesuatu yang tidak menjadi kebiasaanya selama ini. Sesuatu yang telah menjadi kebiasaan pasti dapat dilakukan dengan mudah dan nyaman oleh orang tersebut. Untuk menjadi pribadi yang lebih berkembang dan berjiwa entrepreneur, seseorang perlu melakukan hal yang tidak biasa dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan mencoba hal yang tidak biasa akan menciptakan ide yang semakin kreatif. Selain itu dalam  meningkatkan jiwa wirausaha yang mampu berdaya saing, seseorang harus berusaha seimbang dalam menyelesaikan masalah karena tidak bisa dipungkiri pasti terdapat perbedaan pendapat dalam berinteraksi dengan orang lain. Oleh karenanya, seorang entrepreneur yang baik akan bisa menempatkan dan menyelesaikan permasalahan tersebut dengan bijaksana.

Memupuk kemampuan mencetak laba adalah bagian dari upaya-upaya menumbuhkan jiwa wirausaha. Untuk itu kita harus belajar tentang bagaimana melakukan pemasaran yang baik dan juga meningkatkan kedisiplinan dalam melakukan manajemen keuangan. Sebab dalam dunia usaha, keuntungan sekecil apapun sangat penting untuk memperkuat stabilitas sekaligus untuk melakukan ekspansi usaha.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan dalam diri seseorang juga mencakup bagaimana menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh dengan selalu memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, cukup berolahraga dan istirahat. Hal ini diperlukan karena pada tahap awal berwirausaha membutuhkan energi yang cukup tinggi, ketahanan mental, dan motivasi yang besar, sehingga sangat membutuhkan kebugaran fisik. Apalagi tentu saja kita tidak mungkin bisa menikmati hasil usaha, apabila kita sendiri sakit.

Seorang calon wirausaha harus melatih diri untuk menciptakan dan memperbarui visi serta merencanakan tindakan dan pencapaian, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang. Kemampuan menciptakan visi akan membuat kita mampu mengukur tingkat kemajuan, melakukan langkah-langkah perbaikan, mengurangi hambatan maupun dampak negatif, serta memaksimalkan keuntungan. Keahlian menciptakan dan memperbarui visi akan sangat kita perlukan jika ingin usaha yang kita jalankan terus mengalami perkembangan.

Menumbuhkan jiwa kewirausahaan berarti juga harus meningkatkan kemampuan berorganisasi, yaitu menempatkan orang yang tepat pada posisi yang tepat pula. Dalam hal ini, dapat dimulai dengan membuat jadwal yang teratur dan disiplin menjalankan jadwal tersebut dan berteman dengan orang-orang yang memberi inspirasi dan teladan mulia. Latihan semacam itu potensial menjadikan kita mampu mengorganisasi usaha dan memastikan usaha terus tumbuh berkembang dan berekspansi.

Meningkatkan kemampuan berkomunikasi menjadi bagian penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha. Sebab kemampuan berkomunikasi ini sangat penting untuk menggali informasi dari target pasar tentang produk atau jasa yang sangat diinginkan sekaligus untuk menciptakan hubungan dan komunikasi yang baik dengan pelanggan. Bila kita sudah mampu memenuhi kebutuhan konsumen, lalu menjalin komunikasi dengan baik, menghargai, dan bersikap sopan terhadap mereka, maka dengan sendirinya para pelanggan akan selalu setia menggunakan produk atau jasa kita bahkan ikut mempopulerkan bisnis kita.
 
Meningkatkan daya kreatifitas merupakan salah satu cara bagaimana menumbuhkan jiwa kewirausahaan, yaitu mengubah sesuatu yang biasa menjadi komoditas yang bernilai tinggi dan mengguncang pasar. Mengembangkan keterampilan dan ilmu pengetahuan dari buku-buku atau sumber informasi lainnya serta aktif memodifikasi bagian-bagian yang diperlukan sangat penting untuk menciptakan terobosan baru untuk produk, iklan, maupun mencari pelanggan. Kreatifitas menjadikan usaha yang kita rintis tidak pernah mengenal krisis.

Rabu, 23 November 2011


Membentuk Mental Wirausaha
Membentuk jiwa wirausaha tidaklah mudah. Hal ini dikarenakan mental wirausaha harus dipupuk sejak dini, sejak usia masih kanak-kanak[1]. Mendidik mental wirausaha memerlukan proses yang cukup panjang dan berliku. Oleh karenanya, jumlah wirausaha amatlah sedikit dibandingkan jumlah orang yang ingin menjadi pekerja.
Kemandirian harus dipupuk sejak dini agar siswa tidak terus menerus bergantung dengan keadaan, orang-orang di sekitarnya bahkan kepada orang tuanya kelak. Kemandirian memiliki implikasi positif, yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya sehingga setiap pengambilan keputusan dilakukan secara hati-hati dan menyadari secara penuh mengenai akibat-akibat yang mungkin ditimbulkannya.
Saat ini semakin banyak orang yang kehilangan kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Belum lagi angkatan kerja baru yang setiap tahun tercipta. Sementara saat ini jumlah pekerjaan semakin berkurang. Akibatnya, kini banyak pengangguran.  Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Agustus 2010 sebagaimana dirilis oleh Pikiran Rakyat Online (28/2), dimana Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2010 mencapai 7,14 persen, (8,32 Juta orang dengan angkatan kerja sebesar 116,53 juta jiwa). Angka ini menurun dibanding TPT Februari 2010 yang sebesar 7,41 persen dan TPT Agustus 2009 yang sebesar 7,87 persen.
Untuk mengatasi masalah pengangguran, tidak bisa diselesaikan dalam waktu yang relatif singkat, sementara dan tambal sulam. Diperlukan penanganan yang terencana, sistematis dan memerlukan waktu yang cukup panjang dan dituntut keterlibatan semua pihak. Salah satu solusinya adalah meningkatkan jumlah wirausaha, yang disamping akan memberinya pekerjaan untuk dirinya juga memberikan peluang kerja kepada orang lain.
Kreatifitas dan Inovasi sebagai Modal Utama Wirausaha
Kreatifitas dan inovasi merupakah ruh dari wirausaha. Kreatifitas dan inovasi merupakan dua hal yang berbeda tetapi saling melengkapi satu sama lain.
Menurut Zimmerer dkk (2009) kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam melihat masalah dan peluang. Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan solusi kreatif terhadap masalah dan peluang untuk meningkatkan atau untuk memperkaya kehidupan orang-orang.
Untuk memenangkan persaingan, seorang wirausahawan harus memiliki kreativitas dan inovasi yang tinggi. Faif Yusuf (2008) dalam bukunya Rahasia Jadi Entrepreneur Muda : Kumpulan Kisah para Pengusaha Muda yang Sukses Berbisnis dari Nol mengatakan bahwa keberhasilan berwirausaha tidaklah semata-mata dinilai dari seberapa berhasil seseorang mengumpulkan kekayaan semata. Kewirausahaan lebih melihat bagaimana seseorang bisa membentuk, mendirikan, dan menjalankan usaha dari sesuatu yang sebelumnya belum terbentuk atau belum berjalan. 


[1] Zakiyudin, Ais. 2011. Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan Sejak Dini sebagai Solusi Menciptakan Lapangan Kerja. Jurnal Perspektif Vol.IX No.1 Maret 2011.

Senin, 15 Agustus 2011

Tentang Wirausaha


Secara esensi, jiwa kewirausahaan sesungguhnya ada pada orang yang menyukai perubahan, pembaharuan, kemajuan dan tantangan apapun pekerjaan atau profesinya. Para wirausahawan merupakan orang yang selalu melakukan usaha-usaha yang kreatif dan inovatif dengan cara mengembangkan ide, memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menciptakan peluang-peluang (opportunity) dan perbaikan (preparation) hidup.

Menurut Zimmerer, nilai tambah yang diciptakan oleh para wirausahawan tersebut dengan cara-cara, sebagai berikut (Triton PB, 2007:132) :
·         Pengembangan teknologi baru (developing new technology)
·         Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)
·         Perbaikan produk (barang dan jasa) yang sudah ada (improving existing products or services)
·         Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources)