Rasul
merupakan seorang wirausahawan. Mulai usia 8 tahun sudah mulai
menggembalakan kambing, usia 12 tahun berdagang sebagai kafilah ke
negeri Syiria, dan pada usia 25 tahun Rasul menikahi Khadijah dengan
mahar 20 ekor unta muda. Peristiwa pernikahan Rasulullah menunjukan dengan gamblang bahwa Rasul merupakan seorang
wirausahawan yang sukses.
Jiwa
wirausaha harus benar-benar ditanamkan dari kecil. Karena apabila tidak,
maka potensi apa pun tidak bisa dibuat menjadi manfaat. Prinsip
wirausahawan adalah memanfaatkan segala macam benda menjadi bermanfaat.
Tidak ada kegagalan dalam berusaha, yang gagal adalah yang tidak pernah
mencoba berusaha.
“Dan
tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan serta takwa, dan
janganlah kamu tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan
bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksanya.”
(QS.Al-Ma’idah [5]: 2)
Rasulullah
saw bersabda: “Sesungguhnya Allah swt suka kepada hamba yang berkarya
dan terampil. Barangsiapa bersusah payah mencari nafkah untuk
keluarganya, maka dia serupa dengan seorang mujahid fisabilillah.”
(HR.Imam Ahmad)
Kegagalan
merupakan salah satu cara mendapatkan informasi menuju sukses. Keuntungan bukan hanya untung untuk
diri sendiri, tapi juga untuk orang lain. Kredibilitas diri kita adalah
modal utama dalam berwirausaha, dengan menahan diri untuk tidak
menikmati kebahagiaan orang lain sebagai keberuntungan kita. Jual beli
bukan hanya transaksi uang dan barang, tapi jual beli harus dijadikan
amal sholeh yaitu dengan niat dan cara yang benar.
Uang
yang tidak memiliki berkah tidak dapat memberikan ketenangan jiwa, walau sebanyak
apa pun akan tetap kekurangan dan akan membuat kita hina. Berjualan
dengan akhlak yang mulia, pembeli tidak hanya mendapat fasilitas dan
tidak hanya mendapatkan barang, tapi juga melihat kemuliaan akhlak
seorang penjual.